Adab Safar Sesuai Tuntunan Al-Quran dan As-Sunnah (Bagian 5)

Kapan dikatakan safar ?

 

Safar sebagaimana kita telah ketahui, memiliki keterkaitan erat dengan hukum syariat Islam. Baik shalat, puasa, haji, ataupun yang lainnya seperti wajib adanya mahram bagi wanita dan lain sebagainya.

Sehingga hal yang sangat penting adalah mengetahui kapan perjalanan kita dikategorikan safar, sehingga kita memiliki pegangan yang kuat dalam masalah ini.

Semoga tulisan singkat ini menambah wawasan kita dalam hal tersebut, Wa billahi Taufiq

 

Safar memiliki dua keadaan :

  1. Safar Dalam Perjalanan
  2. Safar Dalam Sebuah Daerah.

 

SAFAR DALAM PERJALANAN

Adapun safar dalam sebuah perjalanan, baik berjalan kaki atau menaiki kendaraan telah terjadi perbedaan pendapat dikalangan ulama tentang batasannya.

Madzhab jumhur ulama mereka mengatakan bahwa batas minimal safar adalah 48 Mil.

 

Berkata Al-Imam Ibnu Qudamah rahimahullah,

 

مَذْهَبُأَبِي عَبْدِ اللَّهِ ( يعني الإمام أحمد ) أَنَّ الْقَصْرَ لا يَجُوزُفِي أَقَلِّ مِنْ سِتَّةَ عَشَرَ فَرْسَخًا , وَالْفَرْسَخُ : ثَلاثَةُأَمْيَالٍ , فَيَكُونُ ثَمَانِيَةً وَأَرْبَعِينَ مِيلا . وَقَدْ قَدَرَهُابْنُ عَبَّاسٍ , فَقَالَ : مِنْ عُسْفَانَ إلَى مَكَّةَ ، وَمِنْالطَّائِفِ إلَى مَكَّةَ ، وَمِنْ جُدَّةَ إلَى مَكَّةَ .

‎فَعَلَىهَذَا تَكُونُ مَسَافَةُ الْقَصْرِ يَوْمَيْنِ قَاصِدَيْنِ . وَهَذَاقَوْلُ ابْنِ عَبَّاسٍ وَابْنِ عُمَرَ . وَإِلَيْهِ ذَهَبَ مَالِكٌ , وَاللَّيْثُ , وَالشَّافِعِيُّ

 

”Madzhab Abu Abdillah (Imam Ahmad) adalah qashar tidak boleh dilakukan jika kurang dari 16 Farsakh.

Dan 1 Farsakh adalah 3 Mil. Sehingga 16 Farsakh  adalah : 48 Mil. Dan Abdullah bin Abbas mengkira-kirakan dengan jarak antara ‘Usfan ke Makkah, atau Thaif ke Makkah, atau Jeddah ke Makkah.

Sehingga dengan ini, jarak seorang dibolehkan untuk menqashar adalah perjalanan dua hari dengan ukuran perjalanan yang sedang.

Dan ini adalah pendapat Abdullah bin Abbas dan Abdullah bin Umar, dan ini yang dipilih oleh Al-Imam Malik dan Al -Laist begitu juga Al-Imam As-Syafi’i.” (Al-Mughni)

 

Dan pendapat jumhur ulama ini yang dipilih oleh Syaikh bin Baz rahimahullah. Beliau berkata,

“Dan yang dipilih oleh jumhur ulama adalah dengan perkiraan 80 Km, jika menggunakan kendaraan mobil. Juga dengan pesawat. Atau juga dengan menggunakan perahu, ini semua dinamakan safar. Dan ini juga dinamakan safar secara ‘urf, karena jarak tersebut yang diketahui oleh kaum muslimin bahwa itu adalah arak safar.” (Lihat Majmu Fatawa Syaikh bin Baz : 12 / 267)

Disana ada pendapat lain yang lebih dekat kepada kebenaran :

Bahwa yang menjadi dasar dalam mengkategorikan safar adalah dikembalikan kepada ‘urf (penilaian) masyarakat setempat.

Ini adalah pendapat yang dipilih oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dan dari kalangan ulama Mu’ashirin adalah Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah.

 

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah,

 

وَالْحُجَّةُمَعَ مَنْ جَعَلَ الْقَصْرَ وَالْفِطْرَ مَشْرُوعًا فِي جِنْسِ السَّفَرِوَلَمْ يَخُصَّ سَفَرًا مِنْ سَفَرٍ . وَهَذَا الْقَوْلُ هُوَ الصَّحِيحُ

 

“Dan hujjah bagi yang menjadikan batasan qashar dan berbuka puasa itu disyariatkan dalam jenis safar, dan tidak dikhususkan safar dengan jenis tertentu. Dan ini adalah pendapat yang sahih.” (24/106)

Artinya adalah keringanan untuk mengqashar safar atau berbuka ketika berpuasa dalam safar itu tidak ada ketentuan khusus dalam syariat tentang batasannya. Baik didalam Al-Quran dan sunnah yang sahih.

Semua dalil yang menjadi dasar batasan safar, baik dalam batasan jarak perjalanan atau dalam waktu perjalanan, tidak ada yang sahih satupun.

Kalau melihat dalam makna lughawi (secara bahasa), juga tidak didapatkan ketentuan yang jelas.

Oleh karenanya, Syaikhul Islam membawa makna tersebut kepada penilaian secara ‘urf  masyarakat setempat.

 

Berkata Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah saat ditanya permasalah batasan safar, beliau menjawab,

 

المسافةالتي تقصر فيها الصلاة حددها بعض العلماء بنحو ثلاثة وثمانين كيلو مترا ،وحددها بعض العلماء بما جرى به العرف أنه سفر وإن لم يبلغ ثمانين كيلو مترا، وما قال الناس عنه : إنه ليس بسفر ، فليس بسفر ولو بلغ مائة كيلو متر

 

“Dan jarak yang dibolehkan dalam mengqashar shalat telah ditentukan oleh sebagian ulama dengan 83 Km, dan sebagian ulama yang lain memberikan batasan dengan dikembalikan kepada ‘urf (penilaian)  masyarakat. Jika masyarakat setempat mengkategorikan safar, maka dianggap safar walaupun belum sampai 80 Km, dan apa yang dikatakan manusia bahwa itu bukan safar, maka itu bukan safar walaupun lebih dari 100 Km.” (Lihat Fatawa Arkanul Islam : 381)

 

Dengan ini, Wallahu A’lam Bishawab, yang benar adalah dikembalikan kepada penilaian masyarakat, dan itu berbeda dari satu tempat dengan tempat lain, juga berbeda dari zaman dengan zaman yang lain.

 

Wallahu A’lam Bishawab

 

Penulis : Ustadz Abu Abdillah Imam

adabberpergiansafar